Bingung...


Seperti senja yang akan berlalu berganti kelam. Kulihat drimu duduk menunduk menatap pasir putih yang terhampar bak permadani di bumi Panrita Lopi. Sesekali matamu tertuju pada riak ombak yang menepi di bibir pantai & membasahi jeans hitam kesayanganmu. Segala peluh, gulana berlalu seperti katamu sebelum dirimu hide di tikungan jalan. Tapi ku masih bingung dengan sikapmu yang tak mau berkompromi dengan waktu & hiruk pikuk di sekitarmu. Apakah di saat ini kamu juga sudah lupa bagaimana untuk tersenyum???
Sejam yang lalu ku masih melihatmu duduk di sini tepat di sampingku bercerita tentang mimpi & kenangan sambil menunggu senja berganti kelam. Lagi-lagi menunggu, menunggu, & menunggu!!!
(Ku tercebur bersama mimpi & kenangan di sini...)
Read more...

Terperangkap dalam kesunyian, remang-remang cahaya tak mampu menelan pekatnya malam. Duhai Maharani, kerinduan mencekam sanubariku. Wahai kesepian…, adakah yang bisa membawaku disisinya tuk sekedar menyapa: ‘aku menyayangimu layaknya aku menyayangi ibuku, selamat malam.”
Read more...

Jika serpihan kata tak bisa lagi mengetuk pintu sukmamu, ijinkan bayanganku menari-nari di pelupuk matamu. Jika pelepah rindumu terbalut keegoisanmu, bagiku cukup memenjarakan kerinduanku. Aku riskan, sebab senyummu tak pernah mau kompromi.
Read more...

Seandainya ada gerimis malam menepis jendela kamarmu, maka itulah tepisan rinduku yang mengetuk jendela hatimu. Seandainya tidur malammu diganggu resah, maka itulah resah jiwaku yang teramat sepi tanpamu disisiku dan seandainya telingamu mendengar desiran angin beriak, maka itulah suara hatiku yang sedang dilanda gelora rindu membara.
Read more...

Untaian nada rindu mengalun merasuk ke relung jiwaku. Aku tak sanggup memejamkan mata. Detak jam mengiringi irama detak jantungku. Sekeliling nyaris tak ada cahaya. Namun, cahaya rinduku tak redup. Ku bertanya dalam hati, akan ke mana rindu ini akan ku bawa dan sampai kapan bisa bertahan dengan rasa ini??? Oh Malenaku…, sebutlah namaku dalam setiap dzikirmu, agar ritme rasa ini tetap terjaga, karena ku tak sanggup menatap indahnya masa depan tanpa dirimu di sisiku. Tetaplah bersemi dalam hatiku, agar ku mampu merasakan hadirmu dalam setiap nafasku.
Read more...

Mata air kehidupan, mengahanyutkan dirimu dalam pelukku. Niscaya dunia akan gersang jikalau tak terjamah oleh sejuknya hatimu.
Read more...

Mimpi kita bagai cahaya matahari, tak bosan-bosannya kita berharap tuk disinari. Begitupula dengan cinta ini, tak bosan-bosannya kita berharap untuk menyatu dalam naungan yang suci. Mari kita wujudkan mimpi itu.
Read more...

Suara laut, hempasan ombak, nyiur melambai, nyanyian anak nelayan bagian dari mimpi kita. Cinta termanifestasi dari sudut hati, bukan kata bukan laku. Aku terjepit diantara…???(bingung, kasih sekejap)
Read more...

Bintang tidak sembunyi dan cemburu. Bintang hanya mencoba menghapus kepenatan yang ada sebab kepenatan hanya menghapus rindu yang ada. Cium aku agar aku tetap terjaga pada rinduku. Aku sayang kamu…
Read more...

Godaan menerjang tak kenal lelah, namun bayangmu selalu saja menghampiri di saat yang tepat. Kini ku mengerti arti sebuah kesetiaan. Olehnya itu, harap cinta tak bersyarat.
Read more...

Wahai purnama, jangan redupkan cahayamu, karena ku tak sanggup berjalan di dalam kegelapan. Wahai purnama, temani aku melewati malam-malam yang bisu agar bintang-bintang tak menertawaiku. Wahai purnama, jangan siksa aku dengan keegoisanmu. Karena jika tidak, mulutku ‘kan terkatup_diam seribu bahasa. Wahai purnama, ambil sebagian nafasku, agar ku merasakan detak jantungmu yang merasuk sampai ke tulang sumsum. Wahai purnama, jangan tolak sesajiku, karena jika demikian bumi pun akan menolak ketulusanku. Menarilah disekitar ragaku, agar ku dapat menjamah setiap resahmu. ‘oh Malena_ku tersedu lagi.’
Read more...

Kini ku terkapar di bawah bintang. Berselimut angin malam. Ronamu semakin samar, terbang diluar jangkauan hati. Oh perih…, kenapa kau datang disaat malam menggapai puncaknya??? Bruk…, tak berdaya.
Read more...

Malam semakin merambat, aroma kasturi tubuhmu menerbangkan asaku padamu. Tetesan air mata mengiringi_mendepak ego yang tersisa. Wahai keindahan…, dapatkah kau merasakan ketulusannya. Ataukah jiwamu telah diterbangkan angin_menyusuri bilur-bilur yang tak tahu di mana ujungnya. Malena..
Read more...

Terpaku aku masih_di bawah bintang.
Ingin ku tepis realitanya pada dirimu. Tetapi lukamu tak bisa aku pikul.
Hanya kesejatian yang bisa aku serahi.
Walau aku tercampak_tertelan oleh derasnya dentuman jiwamu.
Seraya tegaknya kesatuanmu.
'met bobo manis, salam sayang'
Read more...

Pesonamu tak pernah lekang, namamu tak pernah lepas dari lafaz.
Namun, hatimu tak pernah jadi hatiku.
Kini ku berada pada resahmu, walau keikhlasan dalam kepedihanku memberontak.
Read more...

Apakah malam bisa menyatukan diriku dengan dirinya??
Atau angin malam menyebut namanya sebagai pengganti pesona tubuhnya.
Karena sama saja bagiku, melihat dia atau menatap purnama.
Read more...

Semilir angin seru sekalian alam bertahta pada hati yang kelabu.
Mohon dorongan spiritual memberikan secercah harapan diesok hari!!!
Read more...

“Nyanyian terngiang”, isyarat sabda alam memanggilmu ‘tuk menjamahnya.
Moga restu bumi, terhampar di permadani,
memberi kilau bak mutiara yang menghiasi pesonamu agar ku merasakan kecupan surgawimu.
Read more...

…dan tiupan kasih tak pernah pudar walau dalam dimensi yang berbeda. Oleh karena dimensi itu hakiki yang tak terbatasi oleh ruang dan waktu.
Cintailah cinta!!!
Read more...

kebingungan

orang bingung
kebingungan
Suatu saat kuterpaku menatap sayup dibalik bukit,
Disela pandangan terlintas seberkas miskat sesosok wajah dihadapanku.
Hendak aku menyapanya dan berdialog walau sekejap,
Tapi lintasan sinarmu menyorot ke dalam
Menembus bilik nuraniku,
Saat bibirku hendak bersua
Tapi terasa pancaran cahayamu menyengat sekujur tubuhku.
Membuat desiran darah mengalir deras
Dan jantungku semakin berdegup…
Apakah arti semua ini??
Read more...

Hujan membelai bumi simbol alam bertasbih kepada_Nya.
Semedi pasir berbisik pada bumi
‘tuk beranjak melahirkan tunas baru bagi kehidupan yang dinamis.
Read more...

Merengkuh asa dalam fenomena membawanya larut dalam lumbung noumena
‘tuk menyatu dalam barisan tauhid.
Agar kesempurnaan ‘AKU’ termanifestasi
dalam ‘AKU_mu’ dan ‘AKU_ku’.
Read more...

…dan angin malam menyampaikan pesan pada alam ‘tuk menyatu dalam irama semusim. Esok bidadari ‘kan menyapamu dengan senyum penuh kemenangan.
Read more...

elegi kerinduan

mata perempuan
elegi kerinduan
Bila ronamu tak lagi hadir menanti senja di bibir Losari
Biarlah camar menerbangkan puisi
yang pernah kau kirimkan
Bila kenangan tak jua lekang
Dalam ingatanmu pun ingatanku
Biarlah air yang di dermaga yang melunturkan
Segala tentangmu pun tentangku...
(banta-bantaeng, saat senja lekang di tengah malam)
Read more...

keangkuhanmu

perempuan di tepi pantai
Di tengah malam ku coba antarkan rindu
dan kegelisahanku di pelataran hatimu
Namun, yang ku temui bukan cintamu
Bukan kemegahanmu, pun bukan keagunganmu
Melainkan gundah gulana disertai kepalsuanmu

Entah kapan bermula keangkuhanmu??
Hanya saja syair ini cukup menemani malam
yang bersenandung di tepi Losari ini
Tanpa ku pun tanpamu...
Read more...

mengenangmu

menatap bulan
mengenangmu
Masih dalam angan…
Sesaat benang-benang malam
Merajut mimpi tentangmu.
Andai kau masih di sini
Di sudut kota Daeng ini?!!


Read more...

rasa yang mencari

perempuan merindukan cinta
rasa yang mencari
Ada angan yang melayang entah ke mana
saat gerimis membasahi ruang hati
dan segores luka yang kembali menganga diantara rasa
yang tak mampu terjamah oleh kata-kata.

Amor.., jangan gulanai aku dengan durja
sebab lidahku mendadak kelu bila ingat dirinya
yang entah ke mana.
Kini biarkan rasa itu menari semampunya
menata hati yang linglung
saat segalanya serasa lekang
dan membekas di sanubari yang terdalam.
Read more...

harapan baru

harapan baru
Bidadari mengajariku menari diantara redupnya cahaya bintang.
Suara itu datang dan memantul pada tubir-tubir tembok istana.
Ku coba untuk hanyut dengan resah yang selalu menghampiri tapi suara itu kembali mendenting saat ku langkahkan kaki diantara pematang rumput.
Sedang di seberang sana.., kulihat lara itu menjelma membentuk seulas senyum saat siluet musim panas menghadangku...
Read more...

mimpi buruk


Kira-kira orang di rumah pasti kaget dengan kedatanganku yang mendadak ini. Sudah tiga bulan aku tidak pernah pulang ke rumah. Lagian aku juga rindu dengan keluarga dan juga teman-teman yang selalu menemaniku kemana saja yang ku mau.
“loh kok di rumah lagi ramai?!?, sepertinya ada yang lagi ulang tahun. Akh…tidak itu bukan ulang tahun, ini pesta pernikahan. Tapi siapa yang akan menikah?” pikirku.
“Eh..Rani! kok datangnya telat? Kami sudah menunggu sejak kemarin tapi kamu nggak datang-datang juga, di hubungi di Hp, eh..malah nggak aktif. Marah ya?”
“ Sudah-sudah, kayaknya Rani masih capek. Oh iya kenapa kamu baru datang sih? Semua pada menunggu. Sekarang cepat masuk, acaranya baru saja dimulai.” sapa Lastri saat melihatku tergopoh-gopoh membawa tas barang.
“ Aneh! Tiba-tiba di rumah ada pesta atau syukuran, setahuku di rumah tidak ada acara apapun. Terus Lastri, dari mana dia tahu alamat rumah di kampung. Padahal dia orangnya tidak suka menempuh perjalanan jauh. Tadi Lastri juga bilang acaranya baru saja dimulai, acara apa? Kok mereka semua pada membingungkan
sih? Lagian anak sudah ada di depan rumah orang tua tidak datang menyambut. Apa mereka mau…? Akh.. tidak, mungkin ini cara mereka menyambut kedatanganku!!!” pikirku saat ku melangkahkan kaki masuk ke rumah.
Rasa penasaran yang merajai hati, ku coba untuk menengok ke ruang tengah, ternyata prosesi ijab qabul tengah berlangsung.” Sebenarnya apa yang terjadi?”pikirku.
“Tapi tunggu!!! pria yang mengenakan kemeja biru muda itu sepertinya kenal.”
“Akh.., tidak. Aku pasti salah lihat. Tapi wajah itu mirip Ryan, apa itu benar-benar dia? Ada apa ini? Kenapa semua jadi begini? Tidak…, ini pasti lelucon. Tapi kenapa mesti Ryan yang duduk di sana? Apa maksudnya, Ryan melangsungkan ijab qabul di rumahku?”
“Lastri, apa aku salah masuk.” tanyaku.
“Nggak kok! Ini memang rumah kamu.” Loh kok mata kamu sembab? Kamu mengenal pria itu? Sekarang jelaskan padaku, apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Lastri saat melihat mataku berkaca-kaca.“ Rani, tolong jangan pergi dulu!” teriak Lastri.
Aku tak lagi memperdulikan Lastri juga pandangan para tamu yang berusaha mencari tahu apa yang tengah terjadi. Semua terjadi seketika, dalam benakku ku hanya ingin berlari…. berlari…dan berlari sejauhnya aku bisa. Tak seorang pun yang mencoba untuk menjelaskan padaku kenapa bisa seperti ini, dan tak seorang pun yang akan mau mengerti perasaanku seperti ini, tidak Lastri ataupun Ryan.. Sepertinya Ryan tahu akan kedatanganku dan ia berusaha untuk mencegahku pergi begitu saja.
Dengan berurai air mata dan rasa pedih, ku coba menghubungi salah seorang teman dekatku. Berharap ia bisa membawaku pergi jauh dari tempat yang tidak menyenangkan ini. Biarlah semuanya harus berhenti sampai di sini. Tiba-tiba nada tunggu di ponselku tak lagi berbunyi dan diseberang terdengar suara Ryan.
“Rani..tunggu!!! Biarkan aku menjelaskan semua, tolong jangan pergi!!! Please berhentilah , aku mohon jangan pergi dulu!!!
Tiba-tiba aku tersentak, loh kok, bukannya tadi aku menghubungi Ani, tapi suaranya kok mirip Ryan. Segera kumatikan ponsel dan mencoba menghubungi teman dekatku lagi. Lalu ku coba menoleh kebelakang, ternyata Ryan berlari mengejar dan mencoba menghampiriku. Tiba-tiba aku menabrak sebuah meja dan aku pun terjatuh. Dengan sekuat tenaga ku coba untuk bangkit, tapi rasa sakit pinggangku melemahkan persendianku. Tiba- tiba terdengar suara, seorang wanita yang berlari ke arahku dengan mengenakan gaun pengantin khas Sulawesi Selatan (baju bodo).
“Ryan, siapa dia? Kenapa tiba-tiba ia datang mengacaukan pesta pernikahan kita ? Apa kamu mengenalnya?” Tanya wanita itu tanpa curiga sedikitpun akan kedatanganku.
“Tolong diam, biarkan saya menemuinya dan bicara dengannya. Sekarang kembalilah" perintah Ryan pada wanita itu. Wanita yang dinikahi oleh Ryan semenit yang lalu hanya bisa mematung menatap tingkah Ryan dengan penuh penasaran.
Dengan sekuat tenaga ku coba untuk berdiri. Tidak peduli dengan rasa sakit yang baru saja ku rasakan di pinggangku. Semuanya telah berakhir. Bruuuk!!! ku terjatuh lagi.
” Iya aku memang temannya, bahkan teman dekatnya. Apa Ryan tidak pernah cerita padamu? Ryan mengapa kamu masih menyembunyikan sesuatu padanya? Sungguh tega!!!” lirihku.
Tiba-tiba Ryan meraih lenganku.” Rani…., tunggu!!! Tolong jangan pergi. Izinkan aku menjelaskan semua padamu tentang apa yang baru saja kamu lihat. Dia sama sekali tidak tahu hubungan kita, beberapa hari yang lalu aku ceritakan padanya bahwa aku punya seorang adik perempuan.”
“Hanya sebatas itu yang kau sampaikan padanya? Ternyata aku salah. Aku akui bahwa aku tidak bisa mencintaimu seperti yang kamu inginkan. Sudahlah! Lupakan saja aku.” Mana mungkin aku bisa tinggal mematung di rumah itu dan menjadi penonton.
“Rani, please!!! Jangan hukum aku dengan sikapmu ini dan tolong cabut kembali perkataanmu yang baru saja kau ucapkan. Setelah pernikahan ini aku akan tinggalkan dia. Setelah itu, kita akan merenda kembali impian kita. Please, jika memang aku pernah ada di hatimu dan masih ada di sana, tolong jangan berlalu dulu” pinta Ryan.
“Apa!!! Apa maksudmu, hah!!??? Kamu ingin meninggalkan dia?”
“ Iya, aku pun tidak ingin menghabiskan usiaku hidup bersamanya. Karena ku hanya inginkan dirimu dan hanya dirimu, tidak orang lain apalagi dia.”
“ Tidak, kamu tidak boleh melakukan kesalahan yang kedua kalinya. Aku tidak ingin hidup bahagia denganmu dan membiarkan isterimu terluka. Dia pun seorang wanita yang juga punya perasaan. Mungkin rasa sakit yang ku alami tidak sebanding dengan apa yang di rasakannya bila kau meninggalkannya.”
“Tatap mataku dan lihatlah, apa kau temukan kebahagiaanku? Harusnya kamu sadari bahwa bahagiaku hanya denganmu?”
“Sepertinya aku salah menilaimu. Berhentilah menjadi pujangga, tidak ada yang pantas untuk kita bahas lagi. Semuanya sudah jelas. Ryan aku minta maaf, mungkin selama ini aku selalu bersikap ceroboh dan selalu membuatmu marah. Kembalilah, anggap kita tidak pernah bertemu. Semuanya benar-benar telah berakhir.
”Tenyata firasatku benar, kamu akan pergi meninggalkan aku” lirihku.
“ Rani, jangan ucapkan kata perpisahan untukku. Apa kamu tidak meyadari bahwa aku merasa sakit dengan ucapanmu itu?”
“Apa? Ryan, justru aku yang seharusnya bertanya, apa kamu tahu betapa sakitnya aku? Apa selama ini kamu menyadari kalau aku selalu menangis karena sikapmu. Kadang kamu mengirimi aku sms dengan kata-kata yang mengejek, bahkan memarahi aku tanpa aku tahu apa salahku. Apa kamu sadar bahwa kata “letih” dan “sampai di sini” bisa aku terima begitu saja? Ryan, kata itu cukup membuatku ketakutan setengah mati. Dan sekarang kamu minta untuk di pahami?”
“Rani, bukan maksudku untuk melukaimu. Jujur ini bukan kehendakku. Seharusnya kamulah yang harus duduk di kursi itu, bukan dia.”
“ Iya, seharusnya akulah yang duduk di sana. Tetapi kehendak berkata lain”
“ Apa kamu menyalahkan takdir?”
“ Tidak, aku tidak menyalahkan takdir. Justru aku bersyukur karena takdirlah yang mempertemukan kita. Tidak ada yang perlu disesali, kisah kita memang berakhir seperti ini. Bukankah dalam setiap pertemuan selalu ada perpisahan? Hanya saja aku menangisi kehadiran cinta ini untukmu Ryan. Mungkin ini adalah kesalahan terindah yang dilakukan oleh sang waktu” ucapku sambil menyeka air mata. “Jika memang aku pernah hadir di hatimu dan pernah mengisi hari-harimu, maka kembalilah di sisinya. Jangan biarkan dia berdiri dan menatapku dengan rasa cemas dan curiga. Lihatlah betapa cantik bidadari yang kau pinang sebagai penggantiku!”
“Rani, tolong jangan berkata seperti itu!”
“Dia adalah anugerah terindah untukmu Ryan! Kembalilah pada bidadarimu. Di sana ia menatapku dengan curiga, seolah-olah aku seperti ombak yang siap menghantam biduk yang akan kalian tumpangi. Sekali lagi, kembalilah di sisinya. Jangan buat dia terluka, seperti apa yang telah kamu lakukan padaku hari ini. Ok! Tersenyumlah untukku buat yang terakhir kalinya!
Ryan hanya diam menatapku, sesekali menoleh kearah wanita yang berdiri di depan rumah. Pelan-pelan kulepaskan tangan Ryan, tembang Angin Mamiri mengalun pelan seakan mengisyaratkan perpisahan harus terjadi saat ini.
I know I will falter
I know I will cry
I know you will standing by my side
it’s a long long journey
when I need to be close to you
“ Masih ingat dengan kata-kata itu? Sms yang aku kirim beberapa bulan yang lalu” tanyaku saat selesai membacakan lirik puisi milik Angela Zhang.
“Maaf, aku harus pergi. Sekarang hubungan kita sudah lain. Anggaplah antara kita tidak pernah terjadi apa-apa. Ijab qabul telah usai dan hubungan kita pun hanya menjadi seonggok kenangan. Tolong jaga dia baik-baik seperti kamu menjaga bidadari impianmu. Dampingi dia sampai kalian usia senja dan aku berharap dia bisa menjadi seorang isteri yang penurut sekaligus menjadi ibu yang baik buat anak-anakmu. Berbaik sangkalah padanya, aku yakin bahwa ia yang terbaik untukmu. Anak perempuan akan cantik seperti ibunya dan anak laki-laki akan tampan seperti ayahnya. Bukankah itu yang kau inginkan?”
“ Kenapa kau membiarkan impian kita hilang begitu saja, tatap aku Rani. Aku yakin bahwa kamu pasti bercanda.”
“Justru aku yang seharusnya berkata demikian? Jangan paksa aku lagi untuk kembali, impian kita hanya sebatas angan yang telah di terbangkan oleh angin lalu”. Ku paksakan untuk tersenyum dan menatap matanya dalam-dalam.
Ryan hanya bisa terdiam. “ Berjanjilah padaku bahwa kamu pasti bercanda, iya kan Malena?”
” Tidak, kali ini aku serius! Tolong jangan pernah memanggilku Malena. Nama itu telah hilang di terbangkan angin bersama dengan Akechi sang perangkai bunga. Jangan lagi menatapku seperti itu, tak ada yang pantas buat kita. Sekarang aku akan kembali dan menunggu pesta pernikahanmu selesai. Setelah itu aku akan pergi dari hidupmu dan semuanya benar-benar berakhir.” Mungkin ini adalah saat terakhir ku menatapmu Ryan” pikirku saat ku melihat butiran bening di mata Ryan.
Untuk yang terakhir kalinya, Ryanmenghapus air mata di pipi dan memelukku. Ia pun berlalu tanpa menoleh sedikitpun kearahku. Tak di sangka-sangka Ani datang dan memelukku. Dengan berat hati ku ikuti langkah Ryan kembali ke rumah.
“Ani…Ryan benar-benar telah berlalu.”
“Rani, bersabarlah menghadapi semua ini. Aku yakin kamu pasti bisa melewatinya dan kembali tersenyum, badai pasti berlalu sobat.” Hibur Ani, dan kami pun kembali ke rumah.
Tangisku kembali pecah saat ku langkahkan kaki kembali ke rumah. Semua yang pernah di lewati bersama seakan terlihat jelas di depanku. “ apa aku berhalusinasi lagi tentang kehadiran Ryan di hatiku?” gumamku. Sakit yang pernah ku alami 7 tahun yang lalu kembali terulang, bahkan luka itu kembali menganga saat ku dengar bahwa ia telah menikah dengan temanku sendiri bulan ke tujuh tahun 2006, dan kini Ryan pun meninggalkan aku.
“Ani…, mengapa keikhlasan itu berubah menjadi bumerang bagiku?, apa salahku di masa lampau? Ryan telah menemukan bidadarinya, sedangkan aku…, aku hanya bisa menatap kebahagiaan mereka dan aku mungkin tidak pantas mendapatkan kesempatan yang sama seperti apa yang dialami oleh dua orang yang saling mencintai hingga usia senja”
Tanpa sengaja ku berteriak memanggil nama Ryan. Tiba-tiba ku merasa penglihatanku gelap dan aku pun terjatuh. Pingsan !
Bruuukkk…!!!!, tak berdaya.
Read more...

rindu

Indah ku lukis bias senyummu dalam butiran tawa dan canda saat kulabuhkan hatiku pada dirimu.
Di mata itu, kau titipkan cinta dan kasih selaksa rindu yang terpendam seabad lamanya.
Ku tanya embun di kelamnya subuh, dimanakah dirimu saat ini?
Namun, ia tak menjawab dan hanya menghembuskan dinginnya udara snow, hingga hatiku merasa perih. Lalu ku coba ‘tuk berlari dan terus berlari mengejar bayangmu.
Namun.., langkahku semakin lunglai saat bayangmu tak lagi menoleh ke arahku. Diantara kelelahan yang tersia-sia, ada tenaga ‘tuk berucap
"Aku Rindu…!!!”
Read more...

keabadian itu, sangkaku?

Hujan turun kali ini
Membiarkan aku bersandar pada tarian angin
Yang ingin berkisah tentang
Sekawanan kesatria berkuda
Adakah rindu mampu mengulas senyum
Yang akan kutitipkan pada bianglala sore ini?

Terdengar suara angin yang menggantung di sekitarku
Lalu merubah rasa itu menjadi aubade musim semi
Sejurus kemudian ku lihat cahaya di tengah padang
Dan menyapaku “Hai..”
“Hai” jawabku di seberang
Inikah cahaya keabadian itu?
Read more...

Hampa

perempuan bersedih
Entah mengapa hatiku terasa hampa
Jiwaku merintih dalam kebisuan malam
Seakan tangis tak kunjung reda
Di atas sana…, di balik tirai yang gelap
Inginku menatap indahnya purnama
Sama seperti saat main layangan
Tak henti-henti ku menatap layangan itu
Seperti wajah kekasih yang tersenyum di atas sana
Hening…
Suara angin malam singgah lalu menggertakku
Dan di saat ku pejamkan mata, kau hadir..
Read more...

teriris

pasangan bimbang
Ada lara tercipta sesaat kuhadirkan sejuta rangkaian mawar di setiap sudut ruang yang kelam.
Segala sapa jadi sepi, hening…
Terdengar derap langkah hujan sore ini.
Sakura pun jatuh luruh di taman, seperti dedaunan yang jatuh dari ranting yang letih.
Namun.., di ruang kelam ada yang merasa dan mengadu perih.
Segalanya makin samar saat rongga dadaku teriris pedih mengiris.
Read more...

malenaku


Emas yang berkilau dan berlari menepi ke tepi pantai,
kemudian meronta dan menjerit.
Raganya serasa hasal saat mega tertutup bianglala di awan jingga.
Serentak angin berkisah tentang sekawanan walet yang menari diudara,
lalu mengahalau siluet musim panas seraya berucap "Dewiku yang agung telah tertidur"
Read more...

bulan


Bulan mengajariku menari
Dalam keheningan redupnya cahaya bintang
Aku berharap bila bayangmu yang hadir
Tak lagi gulanai malamku
Sebab rindu ini telah menyatu
Dalam heningnya aubade musin semi yang berirama sampai rasa itu meranggas
Seperti guguran lembayung
Hingga ku tak dapat lagi meraba...

Read more...