mimpi buruk


Kira-kira orang di rumah pasti kaget dengan kedatanganku yang mendadak ini. Sudah tiga bulan aku tidak pernah pulang ke rumah. Lagian aku juga rindu dengan keluarga dan juga teman-teman yang selalu menemaniku kemana saja yang ku mau.
“loh kok di rumah lagi ramai?!?, sepertinya ada yang lagi ulang tahun. Akh…tidak itu bukan ulang tahun, ini pesta pernikahan. Tapi siapa yang akan menikah?” pikirku.
“Eh..Rani! kok datangnya telat? Kami sudah menunggu sejak kemarin tapi kamu nggak datang-datang juga, di hubungi di Hp, eh..malah nggak aktif. Marah ya?”
“ Sudah-sudah, kayaknya Rani masih capek. Oh iya kenapa kamu baru datang sih? Semua pada menunggu. Sekarang cepat masuk, acaranya baru saja dimulai.” sapa Lastri saat melihatku tergopoh-gopoh membawa tas barang.
“ Aneh! Tiba-tiba di rumah ada pesta atau syukuran, setahuku di rumah tidak ada acara apapun. Terus Lastri, dari mana dia tahu alamat rumah di kampung. Padahal dia orangnya tidak suka menempuh perjalanan jauh. Tadi Lastri juga bilang acaranya baru saja dimulai, acara apa? Kok mereka semua pada membingungkan
sih? Lagian anak sudah ada di depan rumah orang tua tidak datang menyambut. Apa mereka mau…? Akh.. tidak, mungkin ini cara mereka menyambut kedatanganku!!!” pikirku saat ku melangkahkan kaki masuk ke rumah.
Rasa penasaran yang merajai hati, ku coba untuk menengok ke ruang tengah, ternyata prosesi ijab qabul tengah berlangsung.” Sebenarnya apa yang terjadi?”pikirku.
“Tapi tunggu!!! pria yang mengenakan kemeja biru muda itu sepertinya kenal.”
“Akh.., tidak. Aku pasti salah lihat. Tapi wajah itu mirip Ryan, apa itu benar-benar dia? Ada apa ini? Kenapa semua jadi begini? Tidak…, ini pasti lelucon. Tapi kenapa mesti Ryan yang duduk di sana? Apa maksudnya, Ryan melangsungkan ijab qabul di rumahku?”
“Lastri, apa aku salah masuk.” tanyaku.
“Nggak kok! Ini memang rumah kamu.” Loh kok mata kamu sembab? Kamu mengenal pria itu? Sekarang jelaskan padaku, apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Lastri saat melihat mataku berkaca-kaca.“ Rani, tolong jangan pergi dulu!” teriak Lastri.
Aku tak lagi memperdulikan Lastri juga pandangan para tamu yang berusaha mencari tahu apa yang tengah terjadi. Semua terjadi seketika, dalam benakku ku hanya ingin berlari…. berlari…dan berlari sejauhnya aku bisa. Tak seorang pun yang mencoba untuk menjelaskan padaku kenapa bisa seperti ini, dan tak seorang pun yang akan mau mengerti perasaanku seperti ini, tidak Lastri ataupun Ryan.. Sepertinya Ryan tahu akan kedatanganku dan ia berusaha untuk mencegahku pergi begitu saja.
Dengan berurai air mata dan rasa pedih, ku coba menghubungi salah seorang teman dekatku. Berharap ia bisa membawaku pergi jauh dari tempat yang tidak menyenangkan ini. Biarlah semuanya harus berhenti sampai di sini. Tiba-tiba nada tunggu di ponselku tak lagi berbunyi dan diseberang terdengar suara Ryan.
“Rani..tunggu!!! Biarkan aku menjelaskan semua, tolong jangan pergi!!! Please berhentilah , aku mohon jangan pergi dulu!!!
Tiba-tiba aku tersentak, loh kok, bukannya tadi aku menghubungi Ani, tapi suaranya kok mirip Ryan. Segera kumatikan ponsel dan mencoba menghubungi teman dekatku lagi. Lalu ku coba menoleh kebelakang, ternyata Ryan berlari mengejar dan mencoba menghampiriku. Tiba-tiba aku menabrak sebuah meja dan aku pun terjatuh. Dengan sekuat tenaga ku coba untuk bangkit, tapi rasa sakit pinggangku melemahkan persendianku. Tiba- tiba terdengar suara, seorang wanita yang berlari ke arahku dengan mengenakan gaun pengantin khas Sulawesi Selatan (baju bodo).
“Ryan, siapa dia? Kenapa tiba-tiba ia datang mengacaukan pesta pernikahan kita ? Apa kamu mengenalnya?” Tanya wanita itu tanpa curiga sedikitpun akan kedatanganku.
“Tolong diam, biarkan saya menemuinya dan bicara dengannya. Sekarang kembalilah" perintah Ryan pada wanita itu. Wanita yang dinikahi oleh Ryan semenit yang lalu hanya bisa mematung menatap tingkah Ryan dengan penuh penasaran.
Dengan sekuat tenaga ku coba untuk berdiri. Tidak peduli dengan rasa sakit yang baru saja ku rasakan di pinggangku. Semuanya telah berakhir. Bruuuk!!! ku terjatuh lagi.
” Iya aku memang temannya, bahkan teman dekatnya. Apa Ryan tidak pernah cerita padamu? Ryan mengapa kamu masih menyembunyikan sesuatu padanya? Sungguh tega!!!” lirihku.
Tiba-tiba Ryan meraih lenganku.” Rani…., tunggu!!! Tolong jangan pergi. Izinkan aku menjelaskan semua padamu tentang apa yang baru saja kamu lihat. Dia sama sekali tidak tahu hubungan kita, beberapa hari yang lalu aku ceritakan padanya bahwa aku punya seorang adik perempuan.”
“Hanya sebatas itu yang kau sampaikan padanya? Ternyata aku salah. Aku akui bahwa aku tidak bisa mencintaimu seperti yang kamu inginkan. Sudahlah! Lupakan saja aku.” Mana mungkin aku bisa tinggal mematung di rumah itu dan menjadi penonton.
“Rani, please!!! Jangan hukum aku dengan sikapmu ini dan tolong cabut kembali perkataanmu yang baru saja kau ucapkan. Setelah pernikahan ini aku akan tinggalkan dia. Setelah itu, kita akan merenda kembali impian kita. Please, jika memang aku pernah ada di hatimu dan masih ada di sana, tolong jangan berlalu dulu” pinta Ryan.
“Apa!!! Apa maksudmu, hah!!??? Kamu ingin meninggalkan dia?”
“ Iya, aku pun tidak ingin menghabiskan usiaku hidup bersamanya. Karena ku hanya inginkan dirimu dan hanya dirimu, tidak orang lain apalagi dia.”
“ Tidak, kamu tidak boleh melakukan kesalahan yang kedua kalinya. Aku tidak ingin hidup bahagia denganmu dan membiarkan isterimu terluka. Dia pun seorang wanita yang juga punya perasaan. Mungkin rasa sakit yang ku alami tidak sebanding dengan apa yang di rasakannya bila kau meninggalkannya.”
“Tatap mataku dan lihatlah, apa kau temukan kebahagiaanku? Harusnya kamu sadari bahwa bahagiaku hanya denganmu?”
“Sepertinya aku salah menilaimu. Berhentilah menjadi pujangga, tidak ada yang pantas untuk kita bahas lagi. Semuanya sudah jelas. Ryan aku minta maaf, mungkin selama ini aku selalu bersikap ceroboh dan selalu membuatmu marah. Kembalilah, anggap kita tidak pernah bertemu. Semuanya benar-benar telah berakhir.
”Tenyata firasatku benar, kamu akan pergi meninggalkan aku” lirihku.
“ Rani, jangan ucapkan kata perpisahan untukku. Apa kamu tidak meyadari bahwa aku merasa sakit dengan ucapanmu itu?”
“Apa? Ryan, justru aku yang seharusnya bertanya, apa kamu tahu betapa sakitnya aku? Apa selama ini kamu menyadari kalau aku selalu menangis karena sikapmu. Kadang kamu mengirimi aku sms dengan kata-kata yang mengejek, bahkan memarahi aku tanpa aku tahu apa salahku. Apa kamu sadar bahwa kata “letih” dan “sampai di sini” bisa aku terima begitu saja? Ryan, kata itu cukup membuatku ketakutan setengah mati. Dan sekarang kamu minta untuk di pahami?”
“Rani, bukan maksudku untuk melukaimu. Jujur ini bukan kehendakku. Seharusnya kamulah yang harus duduk di kursi itu, bukan dia.”
“ Iya, seharusnya akulah yang duduk di sana. Tetapi kehendak berkata lain”
“ Apa kamu menyalahkan takdir?”
“ Tidak, aku tidak menyalahkan takdir. Justru aku bersyukur karena takdirlah yang mempertemukan kita. Tidak ada yang perlu disesali, kisah kita memang berakhir seperti ini. Bukankah dalam setiap pertemuan selalu ada perpisahan? Hanya saja aku menangisi kehadiran cinta ini untukmu Ryan. Mungkin ini adalah kesalahan terindah yang dilakukan oleh sang waktu” ucapku sambil menyeka air mata. “Jika memang aku pernah hadir di hatimu dan pernah mengisi hari-harimu, maka kembalilah di sisinya. Jangan biarkan dia berdiri dan menatapku dengan rasa cemas dan curiga. Lihatlah betapa cantik bidadari yang kau pinang sebagai penggantiku!”
“Rani, tolong jangan berkata seperti itu!”
“Dia adalah anugerah terindah untukmu Ryan! Kembalilah pada bidadarimu. Di sana ia menatapku dengan curiga, seolah-olah aku seperti ombak yang siap menghantam biduk yang akan kalian tumpangi. Sekali lagi, kembalilah di sisinya. Jangan buat dia terluka, seperti apa yang telah kamu lakukan padaku hari ini. Ok! Tersenyumlah untukku buat yang terakhir kalinya!
Ryan hanya diam menatapku, sesekali menoleh kearah wanita yang berdiri di depan rumah. Pelan-pelan kulepaskan tangan Ryan, tembang Angin Mamiri mengalun pelan seakan mengisyaratkan perpisahan harus terjadi saat ini.
I know I will falter
I know I will cry
I know you will standing by my side
it’s a long long journey
when I need to be close to you
“ Masih ingat dengan kata-kata itu? Sms yang aku kirim beberapa bulan yang lalu” tanyaku saat selesai membacakan lirik puisi milik Angela Zhang.
“Maaf, aku harus pergi. Sekarang hubungan kita sudah lain. Anggaplah antara kita tidak pernah terjadi apa-apa. Ijab qabul telah usai dan hubungan kita pun hanya menjadi seonggok kenangan. Tolong jaga dia baik-baik seperti kamu menjaga bidadari impianmu. Dampingi dia sampai kalian usia senja dan aku berharap dia bisa menjadi seorang isteri yang penurut sekaligus menjadi ibu yang baik buat anak-anakmu. Berbaik sangkalah padanya, aku yakin bahwa ia yang terbaik untukmu. Anak perempuan akan cantik seperti ibunya dan anak laki-laki akan tampan seperti ayahnya. Bukankah itu yang kau inginkan?”
“ Kenapa kau membiarkan impian kita hilang begitu saja, tatap aku Rani. Aku yakin bahwa kamu pasti bercanda.”
“Justru aku yang seharusnya berkata demikian? Jangan paksa aku lagi untuk kembali, impian kita hanya sebatas angan yang telah di terbangkan oleh angin lalu”. Ku paksakan untuk tersenyum dan menatap matanya dalam-dalam.
Ryan hanya bisa terdiam. “ Berjanjilah padaku bahwa kamu pasti bercanda, iya kan Malena?”
” Tidak, kali ini aku serius! Tolong jangan pernah memanggilku Malena. Nama itu telah hilang di terbangkan angin bersama dengan Akechi sang perangkai bunga. Jangan lagi menatapku seperti itu, tak ada yang pantas buat kita. Sekarang aku akan kembali dan menunggu pesta pernikahanmu selesai. Setelah itu aku akan pergi dari hidupmu dan semuanya benar-benar berakhir.” Mungkin ini adalah saat terakhir ku menatapmu Ryan” pikirku saat ku melihat butiran bening di mata Ryan.
Untuk yang terakhir kalinya, Ryanmenghapus air mata di pipi dan memelukku. Ia pun berlalu tanpa menoleh sedikitpun kearahku. Tak di sangka-sangka Ani datang dan memelukku. Dengan berat hati ku ikuti langkah Ryan kembali ke rumah.
“Ani…Ryan benar-benar telah berlalu.”
“Rani, bersabarlah menghadapi semua ini. Aku yakin kamu pasti bisa melewatinya dan kembali tersenyum, badai pasti berlalu sobat.” Hibur Ani, dan kami pun kembali ke rumah.
Tangisku kembali pecah saat ku langkahkan kaki kembali ke rumah. Semua yang pernah di lewati bersama seakan terlihat jelas di depanku. “ apa aku berhalusinasi lagi tentang kehadiran Ryan di hatiku?” gumamku. Sakit yang pernah ku alami 7 tahun yang lalu kembali terulang, bahkan luka itu kembali menganga saat ku dengar bahwa ia telah menikah dengan temanku sendiri bulan ke tujuh tahun 2006, dan kini Ryan pun meninggalkan aku.
“Ani…, mengapa keikhlasan itu berubah menjadi bumerang bagiku?, apa salahku di masa lampau? Ryan telah menemukan bidadarinya, sedangkan aku…, aku hanya bisa menatap kebahagiaan mereka dan aku mungkin tidak pantas mendapatkan kesempatan yang sama seperti apa yang dialami oleh dua orang yang saling mencintai hingga usia senja”
Tanpa sengaja ku berteriak memanggil nama Ryan. Tiba-tiba ku merasa penglihatanku gelap dan aku pun terjatuh. Pingsan !
Bruuukkk…!!!!, tak berdaya.
Title: mimpi buruk; Written by asharologi; Rating: 5 dari 5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan berkomentar pada kolom yang tersedia.
terima kasih.
salam... ^_^