menitip salam kepada kekasih

Kekasihku, pemilik segala cinta dan pengulum segala rindu, aku menulis surat ini sebagai orang yang memiliki kerinduan di atas langit semesta hatimu. Aku merindumu di setiap desah nafasku. Menelan nafasmu lewat imaji bayangmu. Menggapai mimpimu lewat tangan kecilku.  

Kekasihku, setiap kali resah menghampiriku dan mengajakku berkompromi untuk melupakannmu, setiap kali itu pula kurasakan rinduku bergejolak dan berdesakan di atas tumpukan cintaku.

Kekasihku, kepadamu aku menitip kesembuhan bagiku yang sedang terluka, namun pada waktu yang menikung, kau menaruh luka yang kian menyembilu. Kau adalah anggur dalam cawan hatiku, yang tiap kali kuteguk kala jiwaku menuai kehausan, namun nyata kau bukan menjadi milikku. 

Kekasihku, dalam randezvous kehidupanmu dan kehidupanku, aku adalah pasir yang senantiasa kau injak kala kau berjalan menuju; entah siapa; dan kau adalah air kehidupanku yang senantiasa menjadi oase kehidupanku. 

Kekasihku, saat kau curi hatiku, saat itu pula kau telah pincangkan jiwaku; tahukah kamu kekasihku? Segala ihwal tentangmu terbenam di jiwaku serupa mawar yang senantiasa merindukan tetesan embun pagi, serupa jiwa yang merindu cahaya dalam pekatnya malam. Lalu, kamu di mana kini? Mawar itu tak lagi mekar kini, melayu dalam genggaman, menjadi kosong dalam pandanganku. Meski jauh dikedalaman jiwaku, cinta dan kasihku terus memanggilmu. Bagaimana denganmu kekasih? Apakah isyarat cinta ini terlihat olehmu saat senandung merdu lagu cintaku mengalun indah? 

Kekasihku, kali ini badai menghalau jalanku menujumu sehingga terasa jauh meski jarak untuk sampai kepadamu sebenarnya dekat. Dan aku terseok_tersungkur pada sebuah lubang yang membenamkan hatiku ke jurang yang amat dalam. Aku terjatuh. Lalu, bisakah kau menemukanku?. 

Kekasihku, sekali lagi tentangmu; 
Ketika mentari pagi tersenyum dan menyapaku, menanyakan arti hadirmu di hatiku, kujawab bahwa arti hadirmu telah membawaku terbang ke puncak yang paling tinggi. Namun sejenak olehku, ku tak ingin berada diketinggian karena ku takut saat menengok ke bawah, ragaku telah terhampar di gurun kesepian. Engkau adalah dentingan piano yang selalu mengalun indah di jantung hatiku tapi semua bagiku tidak sanggup menandingi dirimu dan cintaku. Perasaan cintaku yang telah terbingkai erat dalam hatiku senantiasa membiaskan gurat-gurat kesetiaan kepadamu seorang. Demi kasih sayang Tuhanku, aku tetap mencintaimu dalam sisa masa yang menggenggamku. Meski kau tak pernah membayangkan, betapa mataku telah terbutakan oleh air mata karna mencintaimu. 

Di akhir kalimatku, yang ingin kusematkan janji setia bahwa inilah kejujuran hatiku yang bergema sembari melantunkan melodi kekaguman cinta yang tak dapat diciptakan musisi manapun, karena rasa cintaku padamu telah melebur dalam sukmaku. Meski aku tahu bahwa kesetiaan ini hanya tersembunyi dibilik rahasiaku selamanya; abadi untukmu.
###
(by Rianti Tayu Syafna)
Read more...

ingin ku lari

adakalanya bila ku tak tahu kau dimana,
ingin ku lari saja sesukanya bagai angin,
yang tak henti berkelana...
Read more...