rendezvous

rendezvous,
betapa ku ingin menjadi "temanmu"
betapa ku sangat ingin menemani istirahatmu malam ini
sekedar melepas lelah penat
dari hidup seharianmu
ada baiknya kita berbagi asa
mungkin untuk esok yang kian tak pasti
tapi setidaknya aku ada untukmu dan engkau ada untukku........
Read more...

break

break,
di pondok transisi
menatap kosong langit langit
angan kita entah kemana
yang pasti..., 
sejenak setelah itu mata kita bersirobok
dan ada senyum kehampaan tersembul disudut bibirmu
seakan engkau memahami perpisahan yang akan terjadi
(memory beberapa tahun lampau)
Read more...

mengurai bahagia

Pada level tertentu, kebahagiaan itu bukan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar (eksternal), tapi kita yang memutuskan dan mengkonstruknya secara internal. Istilah lainnya kebahagiaan itu dari “dalam” bukan dari “luar”. Sebab jika tidak maka kita akan di ombang-ambing oleh keadaan atau kondisi di luar pada diri kita. Ketergantungan pada faktor eksternal akan mengakibatkan kita mudah mengalami frustasi (stres), sehingga berdampak pula pada kesehatan mental maupun fisik kita. 

Okelah, saya menyadari tahapan ‘tuk menuju ke sana memang butuh proses. Proses dimana persepsi kita tentang kebahagiaan itu bertahap; dimulai dari pendekatan materialism (kebendaan) sampai kepada internalisasi diri. Sadar atau tidak hampir semua individu melalui tahapan ini. Lama atau tidaknya individu berada pada tahap tertentu sangat relatif, bisa jadi dipengaruhi faktor usia maupun “kedewasaan” seseorang.

“Galau ini akan indah pada waktunya; Sesudah ada lara pasti ada kebahagiaan; sesudah bersusah-susah, senang kan menghampiri”, istilah yang mungkin tak asing di telinga kita. Ini menyiratkan bahwa duka dan bahagia sangat tipis jaraknya. Saya jadi teringat ungkapan guru saya tentang surah Al-Insyirah ayat 5 dan 6 “….setelah kesulitan itu, ada kemudahan”. Ia kurang lebih mengungkapkan bahwa pada kalimat tersebut, kata ‘kesulitan’ dan ‘kemudahan’ tidak terpisah, dalam arti tidak ada embel-embel kalimat diantaranya. Bahkan kedua kata itu tidak memiliki tanda baca ‘koma’ atau ‘titik’ sebagai pemisahnya. Dikarenakan keduanya merupakan satu paket, dalam proses dinamika hidup. jadi “setelah kesulitan_kemudahan”.

Motivasi menulis notes ini karena saya jengah mendengar dan melihat beberapa kisah orang disekitar saya, yang sampai harus berlarut-larut menangisi kenangannya, bahkan sampai kepada tingkat “tersandera” oleh kenangan. Anda sangat berarti sebagai individu. Lantas kenapa mesti anda membuang-buang waktu “menyakiti” diri anda sendiri. Kebahagiaan itu potensi yang dianugerahkan Tuhan pada kita sehingga kita berhak akan hal itu. Disinilah fungsinya akal kita sebagai piranti yang dititipkan Tuhan ‘tuk merencanakan dan mengatur jalan hidup kita. Namun semua terpulang pada diri kita masing-masing, mau diarahkan kemana kondisi mental kita. Akhir kata, jika digradasikan, mungkin kesedihan itu adalah kebahagiaan yang paling rendah levelnya, hehehe…

Wallahu alam bishshawab..
Read more...

Teknik Pengambilan Keputusan

Materi teknik pengambilan keputusan merupakan materi yang sangat berhubungan dengan dunia keorganisasian seperti yang banyak banyak mahasiswa geluti sekarang ini. Organisasi intra kampus, ekstra kampus, termasuk organisasi dalam arti perusahaan, instansi pemerintah maupun swasta. Sebenarnya tidak ada rumusan baku dalam teknik pengambilan keputusan. Semua itu terpulang dari kebiasaan atau norma-norma yang melingkupi suatu individu atau kelompok. Bahkan, sekedar contoh, para pimpinan perusahaan terkemuka dunia seperti Nokia, Microsoft, dan perusahaan terkemuka lainnya, dalam memutuskan suatu masalah mereka dominan menggunakan insting atau naluri ketimbang rasionalitas**. Apapun itu, ending dari teknik pengambilan keputusan adalah keputusan yang efektif dan dapat diterima semaksimal mungkin semua anggota kelompok.

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak hal yang kita lakukan sebenarnya, sadar atau tidak, berhubungan erat dengan pengambilan keputusan. Misalnya suatu ketika, dalam waktu bersamaan anda diperhadapkan pada suatu pilihan untuk mengikuti kuliah atau menghadiri suatu seminar, mengikuti kuliah atau menghadiri rapat kepengurusan organisasi, mengikuti kuliah atau menghadiri kegiatan organisasi, dan contoh lainnya yang sangat berhubungan dengan pengambilan keputusan. Namun dalam pembahasan kali kita persempit pada wilayah keorganisasian dalam arti organisasi mahasiswa.

Teknik pengambilan keputusan (decision making) banyak pula yang mengistilahkannya teknik pemecahan masalah (problem solving). Dikatakan demikian karena dalam teknik pengambilan keputusan, yang diputuskan adalah suatu masalah. Dalam teknik pemecahan masalah ada beberapa pertanyaan kunci dalam memahami materi ini, yakni apa itu teknik pemecahan masalah, mengapa masalah harus dipecahkan atau diputuskan, instrument yang digunakan, dan bagaimana cara memecahkan masalah dengan efektif? 

Teknik pengambilan keputusan sebenarnya telah memiliki definisi yang jelas. Jadi realitas apa saja melalui suatu proses, sesederhana apapun itu proses, dan melahirkan output putusan, dapat dikatakan sebagai teknik pengambilan keputusan. Secara sederhana pengertian teknik pengambilan keputusan (decision making) adalah tatacara memutuskan suatu masalah. Alurnya dapat digambarkan seperti berikut: Masalah, Identifikasi Masalah, Alternatif Putusan/Pemecahan, Output Put.

Asumsi dasar seseorang atau kelompok mengambil keputusan dikarenakan ada masalah. Masalah akan timbul jika ada suatu keinginan tidak sesuai dengan kenyataan yang kita harapkan. Namun perlu diketahui tidak semua fenomena yang terjadi dalam kehidupan kita dapat dikatakan sebagai suatu masalah. Dalam konteks organisasi, tidak semua yang diasumsikan individu organisasi sebagai masalah dapat dikatakan sebagai masalah. Jadi perlu diidentifikasi apakah sesuatu fenomena merupakan masalah atau bukan, selanjutnya kalau ia merupakan masalah, apakah hal itu menyangkut masalah pribadi atau kelompok organisasi. Hal ini perlu diidentifikasi atau dipetakan agar individu pengikut suatu organisasi tidak terjerumus pada suatu fenomena yang sebenarnya bukan masalah.

Kemudian mengidentifikasi masalah yang ada.  Mengidentifikasi masalah dapat diartikan usaha mengenal lebih jauh terhadap suatu masalah. Misalnya masalah A, B, dan C. Setelah itu baru diadakan klasifikasi atau kategorisasi, yang mana merupakan masalah berat, sedang, ringan dari beberapa masalah tadi yang telah dikemukakan. Di ibaratkan sebuah pohon masalah, masalah memiliki akar masalah, cabang masalah, ranting masalah, batang masalah, daun masalah, dll. Identifikasi ini perlu di lakukan untuk mengetahui mana masalah yang mendesak untuk di pecahkan atau dipending.  Dalam identifikasi, juga  harus disertakan data yang valid dan fakta-fakta yang mendukung atau relevan dengan masalah. 

Dari proses itu lahirlah beberapa alternative putusan. Dalam alternative putusan proses yang bisa dilakukan adalah mengeksplorasi dampak atau efek masing-masing alternative putusan yang telah dikemukakan sebelumnya. Usahakan mengeksplore sebanyak mungkin kelebihan dan kekurangan atau dalam istilah dagang, untung-rugi dari beberapa alternative.  Karena ini nantinya berpengaruh seberapa besar kualitas putusan yang dihasilkan. Akhirnya tariklah putusan dari beberapa alternative putusan tadi, yang dari eksplorasi anda meiliki kelebihan lebih banyak atau minim resiko.  

Wallahu alam bishshawab.


*Materi Ini disajikan pada Upgrading Kepengurusan FORMASI Bima di Kampus I UIN Sultan Alauddin  Makassar.
**Lihat buku Marketing in Venus, strategi pemasaran di dunia venus, karya Hermawan Kertajaya.

(dari materi yg berserakan, tertanggal 30 oktober 2009)
Read more...