kasih..., aku padamu

Seorang pria dengan kekasihnya menikah dan acara pernikahannya sungguh megah. Setiap pasang mata yang memandang setuju bahwa sungguh mereka saling mencintai. Beberapa bulan kemudian, sang istri berkata kepada suaminya, "Sayang, aku baru membaca sebuah artikel tentang bagaimana memperkuat tali pernikahan". "Masing-masing kita akan mencatat hal-hal yang kurang kita sukai dari pasangan kita. Kemudian, kita akan membahas bagaimana merubah hal-hal tersebut dan membuat hidup pernikahan kita bersama semakin ebih bahagia". Suaminya setuju dan malam itu mereka sepakat untuk berpisah kamar dan mencatat apa yang terlintas dalam benak mereka masing-masing. 

Besok paginya ketika sarapan, "Aku akan mulai duluan ya", kata sang istri. Ia lalu mengeluarkan daftarnya. Banyak sekali yang ditulisnya, sekitar tiga halaman..Ketika ia mulai membacakan satu persatu hal yang tidak dia sukai dari suaminya, ia memperhatikan bahwa air mata suaminya mulai mengalir. "Maaf, apakah aku harus berhenti?", tanyanya.. "Oh tidak, lanjutkan!", jawab suaminya. Lalu sang istri melanjutkan membacakan semua yang terdaftar dan berkata dengan bahagia "sekarang gantian ya, Engkau yang membacakan daftarmu!".
sayang aku mencintaimu

Dengan suara perlahan suaminya berkata "Aku padamu, Aku tidak mencatat sesuatupun dikertasku, Aku berpikir bahwa Engkau baik dan Aku tidak ingin mengubahmu. Engkau adalah dirimu sendiri. Engkau cantik dan baik bagiku". Sang istri tersentak dan tersentuh oleh pernyataan dan ungkapan cinta serta isi hati suaminya. Bahwa suaminya menerimanya apa adanya. Ia menunduk dan menangis.

Dalam hidup ini, banyak kali kita merasa dikecewakan, depresi, dan sakit hati. Sesungguhnya tak perlu menghabiskan waktu memikirkan hal-hal tersebut. Hidup ini penuh dengan keindahan, kesukacitaan dan pengharapan. Mengapa harus menghabiskan waktu memikirkan sisi yang buruk, mengecewakan dan menyakitkan jika kita bisa menemukan banyak hal-hal yang indah di sekeliling kita (ungkapan seorang sahabat lama, semoga bermanfaat).

(By Om Andhie via "Botlem 41", 21/01/2011 pkl 18.00)
Read more...

Kasih Orang Tua Sepanjang Masa

ibu menggendong anak
Konon di Jepang pernah ada tradisi membuat orang yang sudah tua ke hutan, mereka yang dibuang adalah orang tua yang sudah tidak berdaya sehingga tidak memberatkan kehidupan anak-anaknya. 

Pada suatu hari ada seorang pemuda yang berniat membuang ibunya kehutan, karena si ibu telah lumpuh dan mulai pikun. Si pemuda tampak bergegas menyusuri hutan sambil menggendong ibunya tersebut. Si ibu yang kelihatan tak berdaya berusaha menggapai setiap ranting pohon yang bisa diraihnya dan mematahkannya kemudian menaburkannya disepanjang jalan yang mereka lalui. Sesampai didalam hutan yang sangat lebat, si anak menurunkan ibu tersebut dan mengucapkan kata perpisahan sambil berusaha menahan sedih karena ternyata dia juga tidak menyangka sanggup melakukan perbuatan ini.

Justru si ibu yang tampak tegar, dalam senyumnya dia berkata "Anakku, aku sangat menyayangimu. Dari kau kecil sampai dewasa aku selalu merawatmu dengan segenap cintaku. Bahkan sampai hari ini rasa sayangku tidak berkurang sedikitpun. Tadi aku sudah menandai sepanjang jalan yang kita lewati dengan ranting-ranting kayu. Aku takut kau tersesat, ikutilah tanda itu agar kau selamat sampai dirumah."

Demi mendengar kata-kata tersebut, si anak menangis dengan sangat keras, kemudian langsung memeluk ibunya dan kembali menggendongnya untuk membawa si ibu pulang kerumah. Pemuda tersebut akhirnya merawat ibu yang sangat mengasihinya tersebut sampai si ibu meninggal.
 
Pesan moral
Orang tua bukan barang rongsokan yang bisa dibuang atau diabaikan setelah terlihat tidak berdaya, sekalipun engkau sudah sukses atau sekalipun engkau susah. Hanya orang tua kita yang selalu mendampingi kita bukan pacar, suami, istri, teman dan lain-lain, tapi orang tua kita yang selalu tak pernah meninggalkan kita,  bagaimana pun keadaan kita dan bagaimana pun kurang ajarnya kita kepada orang tua, bapak-ibu kita tetap mengasihi kita. Mulai sekarang mari kita bersama-sama mengasihi orang tua kita selagi mereka masih hidup.

(By Om Andhie/Amrullah Andi Hamid via Botlem 41)
Read more...